Sabtu, 09 Mei 2015

Manusia Dan Penderitaan [Tugas 4 Ilmu Budaya Dasar]



MANUSIA DAN PENDERITAAN
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menguraikan tentang penderitaan yang dialami manusia, yang berisi tentang peringatan dan Penderitaan bagi manusia.
Allah Berfirman yang artinya
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah" (Q.S al-lahab)
Ayat tersebut harus diartikan, bahwa manusia harus bekerja keras untuk dapat melangsungkan hidupnya. Untuk kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam (menaklukan alam), menghadapi masyarakat sekelilingnya, dan tidak boleh lupa untuk taqwa terhadap Tuhan. Apabila manusia melalaikan salah satu darinya, atau kurang sungguh-sungguh menghadapinya, maka akibatnya manusia akan menderita. Bila manusia itu sudah berkeluarga, maka penderitaan juga dialami oleh keluarganya. Penderitaan semacam itu karena kesalahanya sendiri.
Maka dari itu Manusia harus selalu bertaqwa dan selalu mengingat kepada tuhan akan kesalahan yang mereka perbuat kepada manusia lain, tumbuhan atau binatang yang mereka siksa akan dirasakan pada dirinya sendiri seberapa besar mereka menyiksa mahluk lain maka semakin besar juga nanti penderitaan yang mereka rasakan.
Penderitaan yang timbul karena penyakit akibat azab tuhan:
  • Seorang anak lelaki buta sejak dilahirkan,
  • Nabi Ayub mengalami siksaan Tuhan, tetapi dengan sabar menerima cobaan ini,
  • Tenggelamnya Fir’aun di laut Merah.


Sumber : AL-QURAN surat AL-Lahab

Manusia dan Keadilan [Tugas 3 Ilmu Budaya Dasar]




MANUSIA DAN KEADILAN
Didalam Al-Qur'an disebutkan dalam surat An-Nisa ayat 58, Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Yang dimaksud dari surat diatas adalah menyuru manusia untuk berprilaku adil serta menyampaikan amanatnya kepada orang yang berhak, dan untuk selalu berprilaku hukum yang adil dalam kehidupan ini agar semua manusia di muka bumi ini  merasakan apa arti dari kehidupan ini serta damai dalam kehidupan di alam semesta ini. Apabila manusia tidak berprilaku adil maka manusia tersebut adalah orang yang termasuk golongan munafik karena dalam agama islam cirinya orang munafik adalah bila berkata ia berbohong, bila berjanji ia berkhianat, bila menerima amanat ia pendusta. Sungguh manusia ini adalah termasuk kedalam manusia yang sangat merugikan dirinya, serta orang lain.
Berprilaku adil dalam kehidupan manusia ini bisa mencontohkan hasil yang baik bagi semua orang sesama manusia dan alam semesta ini, jadi bila kita berprilaku adil apapun itu maka di diri manusia itu akan selalu bersyukur dan mengingat tuhan selalu dimana mereka berada selalu berprilaku baik dan adil.

SUMBER : AL-QURAN surat An-Nisa ayat 58

Manusia dan Keindahan [Tugas 2 Ilmu Budaya Dasar]



Manusia dan Keindahan:


Karena begitu pentingnya implementasi keindahan pada setiap aspek kehidupan manusia, selanjutnya keindahan tersebut diaplikasikan menjadi cabang filsafat yang disebut estetika. Estetika juga berfungsi untuk mempertajam kepekaan manusia akan keindahan. Estetika juga banyak berperan penting dalam implementasi seni diberbagai bidang seperti arsitektur, mesin, komputer, produk sehari-hari, desain baju, tata rias, produk elektronik dan sebagainya. Nilai-nilai estetika yang diimplementasikan pada suatu objek disebut dengan nilai estetis.

Dalam kajian agama, khususnya agama Islam keindahan sudah dibahas dalam Alqur'an. Al-Qur’an itu indah. Indah dari segi bahasa, indah dari segi makna, indah dari segala sisi yang akan mewarnai kehidupan manusia. Dengan hanya mendengar bacaan al-Qur’an, hati bisa tersentuh, apalagi jika kita memahami makna yang terkandung di dalamnya. Banyak hal yang memberikan rasa takjub jika berkaitan dengan al-Qur’an, walau hanya dengan mendengar orang membacanya. Pada masa Nabi Saw, kita tahu betapa kerasnya Umar bin Khatab menentang Nabi Saw, namun ketika mendengar bacaan al-Qur’an hatinya sangat tersentuh. Begitu juga seorang kafir Quraisy yang sangat menentang Nabi, yaitu Walid bin Mughirah, seorang pemuda yang terkenal ahli sastra dan intelektual di masanya karena mempunyai banyak keahlian, namun dia seakan merasa tersihir mendengar bacaan al-Qur’an karena keindahan bahasa yang dia dengar dan maknanya yang begitu dalam. Tapi karena keegoaannyalah, dia tidak mau mengakuinya, tapi malah mengatakan Nabi sebagai tukang sihir.

Dalam surat Al A'raaf (7) ayat 26 Allah SWT berfirman :
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. “

Dalam surat Al A'raaf (7) ayat 31 Allah SWT berfirman :
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid[534], makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. “

Dari kedua surat tersebut kita sebagai mukmin diperintahkan untuk selalu mengenakan berbagai pakaian yang indah-indah serta selalu menjaga keindahan dimanapun kita berada karena Allah menyukai hal-hal yang Indah. Semoga dengan tulisan ini dapat mejadi renungan dan pencerahan logika bagi siapa saja yang membacanya.






REFERENSI : ALQURAN surah Al A'raaf (7) ayat 26
                        ALQURAN surah Al A'raaf (7) ayat 31

Manusia dan Cinta Kasih (Tugas ILMU BUDAYA DASAR 1)



MANUSIA DAN CINTA KASIH

Cinta amat mudah dipahami apabila tidak dikaitkan dengan urusan agama, namun di dalam kehidupan ini manusia ada yang mencintai dirinya sendiri dan orang lain, yang dimaksud mencintai diri sendiri dan orang lain adalah mereka yang masih mempunyai rasa hati nurani terhadap sesuatu hal yang amat mereka sayangi. Ada yang mencintai harta,tumbuhan, barang dan masih banyak lainya, misalkan di dalam agama Islam cinta kepada ALLAH S.W.T dan Rosulnya.
Dalam Agama Islam cinta artinya kasih sayang dan kasih sayang sendiri mempunyai tingkatan yang berbeda  ada tingkatanya tinggi, menengah dan rendah.
1.      Cinta Tingkat Tinggi
  • Cinta Kepada ALLAH
Cinta manusia, yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduannya kepada-Nya. tidak hanya dalam shalat, pujian, dan doanya saja, tetapi juga dalam tindakan dan tingkah lakunya, semua tingkah laku dan tindakan ditujukan kepada Allah. Dan didalam rukun iman pun percaya kepada Allah adalah rukun yang pertama. Maka dari rukun itu kita dapat menyimpulkan bahwa cinta kepada Allah SWT adalah sangat penting. Dalam firman Allah di dalam Al-Quran Dijelaskan
 Katakanlah: Jika memang kamu cinta kepada Allah, maka turutkanlah aku, niscaya cinta pula Allah kepada kamu dan akan diampuniNya dosa-dosa kamu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi penyanyang. ( Qs. Ali- Imran 3:31)
Didalam Firman Allah tersebut bahwa ditegaskan bahwa selain kita harus percaya dan mencintai Alaah SWT kita haru melaksanakn Perintah-Nya dan Menjauhi Larangan-Nya maka niscaya Allah akan mencintai dan menghapus dosa dosa kita semua.
2.  Cinta Tingkat Menengah
  • Cinta Kepada Orang Tua
Cinta Kepada Orang Tua, awalnya sudah sangat umum untuk kita semua. Karena pasti setiap anak akan cinta sekali kepada orang tua nya karena orang tua adalah orang yang sangat dekat sekali dengan kita disaat kita susah, senang, gembira, sedih orang tua selalu ada entah itu ayah atau ibu kita. Cinta kepada orang tua ini adalah cinta yang ada karena hubungan Fisiologis seperti hubungan ibu dengan anak serta hubungan ayah dengan anaknya. Seperti apa yang ada di dalam firman Allah.

“Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tuanya dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu maka janganlah katakana kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya. Katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, ‘Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil.” (Q.S Al-Isra [17]:23-24)

Di ayat tersebut Kita dapay menyimpulkan jangan lah kita membangkak kepada orang tua dan kita harus menuruti perintah orang tua kita karena jika kita menyanyanginya dengan penuh kasih sayang kita akan di tempatkan sebagai orang yang mulia di Sisinya.
3. Cinta Tingkat Rendah
  • Cinta Diri Sendiri
Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri untuk tetap hidup, mengembangkan potensi diri dan mengaktualisasikan dirinya. Jadi ia mencintai sesuatu yang membuat dirinya menjadi lebih baik. Dan sebaliknya dia akan membenci sesuatu yang membuat hidupnya sedih atau terancam mara bahaya. Al-Qur’an telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri, kecenderungan untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan menghindarkan segala sesuatu yang membahayakan dirinya.
Kesimpulanya : Manusia memiliki indra penglihat, perasa, pendengar, penciuman, dan peraba maka dari itu manusia bisa mengetahui mana yang indah bagi dirinya dan mana yang salah untuk menusia cintai.


REFERENSI:  AL-QURAN  surah ( Qs. Ali- Imran 3:31)
            AL-QURAN  surah (Q.S Al-Isra [17]:23-24)